Warung makan di Jl Citanduy I RT 004/RW 001 kampung Menangan, Joyosuran, Pasar Kliwon, Solo itu tampak biasa. Jangan harap menemukan display makanan yang bakal menggoda lidah Anda. Sebab, di dalam warung hanya ada bangku, meja serta beberapa kaleng kerupuk.
Tapi bagi yang sudah terbiasa datang, warung Soto Pekalongan Mantep Roso itu ibarat surganya makanan berbahan dasar tauco. Beberapa makanan dari olahan tauco khas Pekalongan tersedia di sana seperti tauto atau soto Pekalogan maupun nasi megono yang diberi sedikit siraman tauco.
Makanan andalan kota batik itu kini mulai banyak penggemarnya. Tidak hanya warga asli Pekalongan yang berdomisili di Solo, tapi sebagian masyarakat Kota Bengawan kini sudah ketagihan nikmatnya tauto maupun nasi megono termasuk masyarakat keturungan Chinese.
Salah satunya Anam, warga Kentingan, Jebres, Solo itu nyaris hampir setiap pekan datang ke rumah makan tersebut hanya untuk membeli nasi megono. “Dari kecil saya suka makan nasi megono. Kalau tidak makan di sini, kadang dibungkus bawa pulang,” katanya.
Pemilik warung makan Soto Pekalongan Mantep Roso Joyosuran, Wina, mengatakan selain megono atau cacahan daging nangka muda, keistimewaan lain nasi megono maupun soto Pekalongan karena rasa dan aroma tauco yang begitu kental.
“Sekarang nasi megono sudah menjadi menu andalan ibu-ibu arisan. Kadang ada juga warga keturunan Chinese yang pesan megono untuk syukuran mitoni atau tujuh bulan. Selain ” ujar Wina kepada Espos di warung miliknya, Minggu (22/4).
Walaupun laris tapi Wina hanya mengeluarkan menu andalannya itu setiap hari Minggu. Ia berdalih jika menyediakan nasi megono setiap hari pelanggannya bisa cepat bosan. Karena itu, sehari-hari ia hanya menyiapkan taotu, lontong tahu Kurdistan yang terbuat dari lontong dan tahu goreng disiram sambal kacang dan makanan lainnya berupa nasi goreng.
“Sebenarnya setiap hari banyak yang minta nasi megono, saya senang saja, apalagi penjual yang menjual nasi megono di Solo masih jarang tapi untuk sementara saya hanya menyediakan setiap hari Minggu saja,” katanya.
Soal rasa masakan, Wina sengaja meracik megono menyesuaikan dengan lidah Wong Solo. Caranya dengan memadukan sedikit pemanis atau gula pada tauco. Menurutnya, membuat nasi megono juga bukan perkara sulit. Cukup sedikan nangka muda lalu dicincang agak kasar dan dikukus setelah itu dicampur dengan paruta kelapa yang telah diberi bumbu.
“Orang Solo cenderung suka manis, makanya saya memadukan rasa manis pada tauco nasi megono tapi walaupun begitu tidak menghilangkan kekhasan megono,” katanya.