Review Devil May Cry Walaupun agak sedikit telat, tapi kami sekarang giliran kami yang akan member penilaian pada aksi Dante dalam game terbarunya.
The Story Back to The Past So Far…
Menceritakan tentang seorang pria yang hobinya JJM (Jalan-Jalan Malam) ke club malam, memiliki penampilan yang urakan dan tinggal di dalam sebuah mobil van yang bernama Dante. Dante tinggal di sebuah kota yang bernama Limbo City, sebuah kota metropolitan yang dikuasai oleh Demon, karena kita bisa melihat sebuah tower raksasa berdiri di antara bangunan di Limbo City. Menara tersebut merupakan tempat tinggal Mundus, the king of Demon sekaligus orang yang bertanggung jawab atas kehancuran keluarga Sparda. Dia berencana untuk menguasai dunia, tapi ada sesuatu yang mengganjal dirinya, yaitu Son of Sparda a.k.a Dante.
Story yang dihadirkan sangat menarik. Dari sini kita bisa melihat bahwa sebelumnya Dante dan saudara kembarnya Vergil sempat bekerja sama untuk menghancurkan Mundus, namun ada sesuatu hal terjadi yang membuat mereka harus berpisah. Jika dikaitkan dengan seri sebelumnya, cerita ini tidak baegitu merusak seri sebelumnya. Meskipun begitu tetapi tetap ada kesimpangsiuran cerita, terkait Eva yang ternyata dalam game ini dia seorang Angel, padahal di cerita sebelumnya pernah disebutkan bahwa dia merupakan seorang human.
Setting waktu dan tempat sangat menarik, berbeda dari game DmC sebelumnya. Sebuah kota metropolitan, yang didalamnya terdapat pabrik, stasiun televisi, club malam, dan polisi setempat pun ikut terlibat dalam game ini. Ninja Theory benar-benar menyuguhkan nuansa baru dalam game Devil may Cry.
Make The Craziest Style with New Weapon!
Meskipun gameplay yang dihadirkan masih sama dengan seri DmC sebelumnya, yaitu membasmi para demon dan mencari jalan untuk menyelesaikan chapter. Namun Ninja Theory bisa menyulap hal yang lama itu seolah-olah menjadi sesuatu yang baru. Diantaranya adalah weapon. Di sini Dante memiliki tiga jenis senjata, yaitu Normal Weapon (Rebillion), Demon Weapon dan Angel Weapon. Dari ketiga jenis senjata itu, masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Untuk Normal Weapon, senjata ini terkesan balance (sesuai namanya). Untuk Angel Weapon, senjata ini memiliki damage yang rendah, namun memiliki kecepatan yang luar biasa. Sedangkan untuk Demon Weapon, senjata ini terkesan lambat untuk diayunkan, namun damage yang dihasilkan lebih besar dari yang lainnya.
Mantapnya, ketiga senjata itu bisa gamer gunakan secara bersamaan (bukan berarti tiga senjata bisa dilakukan sekaligus icon biggrin DmC: Devil may Cry Review (PC) ), dalam hal ini gamer bisa menggonta-ganti jenis senjata tanpa mengurangi poin style gamer. Keuntungan yang didapat jelas gamer akan semakin mudah untuk melancarakan kombo-kombo mematikan yang tujuannya untuk mendapatkan ranking SSS alias SENSASIONAL! Namun mungkin bagi para professional gamer hal ini malah membuat game ini cenderung lebih mudah untuk mendapatkan Style points. Tapi hal ini bisa saja menyulitkan gamer, karena ada demon yang hanya bisa diserang dengan senjata tertentu.
Untuk alur gameplay, mungkin alur ini cenderung linier, dengan kata lain kita tidak perlu bolak-balik menuju suatu tempat untuk ke tempat berikutnya dari chapter ke chapter (kecuali chapter 2). Namun yang menariknya disini ada dua buah alat yang membantu Dante untuk mencapai jalan, yaitu Demon Ophion dan Angle Ophion. Kegunaannya sedernaha, Demon Ophion membantu Dante menarik sesuatu untuk membuka jalan, sedangkan Angel Ophion membuat Dante tertarik pada benda yang dituju (Equip ini bisa juga dipakai pada musuh). Selain itu juga selama perjalanan ada banyak jalan rahasia yang isinya tempat Key untuk membuka pintu Secret Mission dan Lost Soul.
The Great Game with Great Graphic!
Pastinya, setiap game dari tahun ke tahun mau tidak mau harus berkembang dan memiliki grafis semakin bagus. Hal ini juga berlaku untuk game Devil may Cry. Game ini memiliki kualitas grafis yang mantap dan bisa berjalan di 60 FPS alias developer tidak menguncinya di 30 FPS. Detail dari monster dan lingkungan pun terbilang mantap. Pada intinya, game ini tidak memiliki grafis yang memalukan untuk game se-generasinya.
Let’s Rock The Demon With Rock!!!
Satu lagi yang mantap, yang membuat kita menikmati setiap ayunan senjata Dante dalam membasmi para demon’s scum, Music. Backsound yang dihadirkan oleh Ninja Theory untuk game ini benar-benar keren. Musik Rock yang disajikan sangat sesuai denga suasana dan keadaan Dante yang sekarang. Musik yang dibawakan oleh Noisia, musisi asal Belanda ini bisa membuat kita semakin menikmati game di dalamnya.
Play The Game Again and Again!
Sama seperti game Devil may Cry sebelumnya, setelah gamer menamatkan game ini, akan ada difficulty baru yang menantang anda untuk bermain lagi. Jika gamer seorang professional dalam game Devil may Cry, maka gamer akan merasa sangat tertantang untuk memainkan game ini kembali, karena ada difficulty baru yang bisa membuat gamer ‘gila’, Hell and Hell. Hell and Hell merupakan tingkat kesulitan, yang dimana gamer harus membasmi musuh, dengan catatan Dante tidak boleh terluka sedikit pun.
Mendapatkan difficulty ini tidaklah mudah, perlu proses yang panjang. Gamer harus menamatkan game dengan mode Heaven or Hell. Untuk mendapatkan mode tersebut gamer harus menamatkan mode Dante Must Die, dan untuk mendapatkan Dante must Die, gamer harus menamatkan mode Son of Sparda.
Sayangnya, game ini tidak menghadirkan mode Bloody Palace Mode, karena mode ini merupakan mode yang menarik untuk dimainkan apabila kita sudah menamatkan game. Sebetulnya sang developer memang berencana memasukan mode ini tapi sebagai DLC, dan itu merupakan suatu hal yang cukup disayangkan.
The Game Has Short Longevity? Maybe…
Untuk longevity, saya berpikir game ini cukup singkat untuk ditamatkan. Hal ini mungkin diakibatkan karena alur yang cenderung linier dan tidak ‘bolak-balik’ seperti sebelumnya. Selain itu juga mungkin karena boss battle sangat ‘mudah’ untuk dikalahkan. ‘Mudah’ di sini adalah gamer dengan cepat bisa menemukan titik lemah dari boss battle.
Tapi meskipun game ini terasa cepat, namun saya yakin Devil may Cry terbaru ini bisa memuaskan para gamer yang haus untuk membantai para demon.
Overall…
Pada akhirnya Ninja Theory mampu membuktikan pada para gamer dan para reviewer yang ada di muka bumi ini bahwa game buatannya bisa bersaing dengan yang lain dan tidak akan mengecewakan. Kemudian kita memainkannya dan ternyata mereka benar. Dari nilai 1-10, saya beri 8.5 untuk DmC: Devil may Cry! Let’s Rock! icon biggrin DmC: Devil may Cry Review (PC)
- Quote :
- Screenshoot:
Thanks to