Karnaval untuk Dukung Pelestarian Wayang
SOLO, KOMPAS.com — Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, untuk melestarikan wayang, antara lain dengan menggelar Karnaval Wayang pada 18 Februari mendatang.
Bermacam-macam kostum wayang akan ditampilkan dalam karnaval yang dimulai dari Lapangan Kotabarat menuju Balaikota Solo sepanjang 3,8 kilometer.
Kegiatan yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Solo juga dimaksudkan untuk memeriahkan hari jadi ke-267 Kota Solo.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Solo Widdi Srihanto mengatakan, ada 1.600 peserta yang akan mengikuti karnaval. Mereka berasal dari pelajar sekolah, anggota sanggar kesenian, karang taruna, instansi, perguruan tinggi, dan kelompok masyarakat lainnya.
”Kami ingin sekaligus menegaskan bahwa wayang sebagai ikon Kota Solo Peserta akan mengenakan kostum wayang, seperti wayang Mahabarata, Ramayana, wayang golek atau menak, wayang potehi, dan wayang gedog atau panji, wayang kancil, wayang suluh dan wayang wahyu,” kata Widdi.
Wali Kota, Wakil Wali Kota, dan Ketua DPRD nantinya akan menggunakan kostum wayang dan ikut dalam rombongan kirab. Demikian pula dengan para kepala satuan kerja perangkat daerah.
Menurut penanggung jawab kirab, Bambang Suhendro, peserta sebelumnya mengikuti workshop selama empat kali mengenai pembuatan dan peragaan kostum serta rias wayang. Kegiatan ini sekaligus diharapkan mendorong kreativitas masyarakat.
”Kalau 1.600 peserta sewa kostum semua kan tidak mungkin. Oleh karena itu, mereka kami ajari untuk membuat kostum sendiri dari bahan-bahan yang ada di rumahnya, seperti irah-irahan atau hiasan kepala,” kata Bambang.
Asisten Administrasi Sekretariat Daerah Kota Solo Joko Pangarso mengatakan, ada enam panggung yang akan dibangun sepanjang jalan yang dilewati peserta karnaval. Panggung ini akan menampilkan kelompok karawitan yang akan memainkan gamelan yang menjadi musik pengiring langsung kirab peserta.
Selain itu, pihaknya tengah mempertimbangkan untuk melibatkan kelompok pehobi otomotif dan sepeda ontel untuk memasang kendaraannya di sepanjang jalan. Selain sebagai pagar, kendaraan itu diharapkan dapat memancarkan suara gending yang disiarkan Radio Republik Indonesia Surakarta melalui gelombang radio.
Dengan demikian, suara gamelan akan terdengar sepanjang jalan tanpa putus. ”Tantangan kami selama ini adalah manajemen penonton karena karakter orang Solo selalu ingin merangsek ke tengah melihat karnaval dari dekat sehingga jalannya karnaval tidak bisa menjadi tontontan yang apik karena penuh dengan orang yang berbaur dengan peserta,” kata Joko.
Sik Asik,,,